❝ When it is you ❄ ❞ - 2


Bagaimana caranya berbicara sekarang terlihat sangat baik-baik saja. Begitu pun caranya menyampirkan syal yang jatuh tepat di hadapannya agar kembali bertengger di leherku. Semua keadaan baik-baik saja. Langkahnya yang sopan, tatapannya yang perhatian, dan senyumnya yang ringan, masih sama seperti dulu. Hal yang berbeda hanyalah tentang aku.

"Mau segelas kopi hangat?" ucapnya yang bahkan tak bisa kutolak, hanya karena ia sudah terlanjur menarik tubuhku maju. Bodohnya, aku tidak sadar bahwa tanganku bahkan sudah ia genggam. Kami memasuki kedai kopi kecil di perempatan jalan. Ia langsung memesan dua gelas kopi hangat sementara aku sempat tergoda dengan cokelat.

Alih-alih menginterupsi, aku urungkan niatku karena langkahnya sudah beranjak dari kasir. Ia mempersilakanku duduk di salah satu kursi. Menatapnya seperti ini tidak mungkin membebaskanku dari pikiran kacau. Dari dulu aku memang seperti ini, tidak bisa mengatakan apapun. Seolah menahan kata-kata adalah hobi yang paling aku gemari.

Sampai saat ia memandangku dengan sorot yang berbeda, bibirnya pun terangkat, namun dipaksa. Setelah menghela, suaranya keluar juga.

"Oraenmanida."

Hm, sudah lama. Sudah lama tidak berhadapan dengan wajah itu lagi. Terakhir kali, wajah itu bukan hal yang ramah untukku. Namun sepertinya hari ini aku menggenggam dua pilihan.

Aku yang berubah, atau dia yang berubah.


***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Eksplanasi Singkat - "Hemat Listrik"

Menuliskan Gagasan Pokok Teks Visual dan Teks Petunjuk