Cerpennn... "Remember Me?"

Remember Me.

Genre: Horor misteri.
Author: Yustika Eskasalma Nur Saffana

.
.
.
.

"Hai.. barusan gue nabrak orang...." Lapor Salsha kepada sahabatnya, Steffi.

Steffi hanya meliriknya bosan. "Ya.. terus aja bersikap kayak gitu..."

"Tapi kali ini serius tabrakan nggak sengaja! Suer deh!" entah itu fakta atau hanya sebuah alibi.

Tapi memang telah menjadi hobby gadis itu untuk menabrakan diri kepada seorang pria lalu bisa berkenalan dengan pria itu -_-.

"Ayoo!!" Dengan jengkel Salsha menarik Steffi karena responnya yang sedikit atas ucapannya itu.

Gadis itu membawa Steffi ke arah taman sekolah. "Dia..." tunjuknya pada seseorang.

Pandangan Steffi mulai antusias pada pria itu.

"Namanya... Fakhri..." Sambung Salsha dengan senyuman khasnya.

Steffi menyipitkan matanya. "Oh.. udah ah yuk balik! Udah mau masuk.."

"Yaelah steff..."

***********

Bel pulang akhirnya berbunyi. Steffi sudah selesai membereskan barang-barangnya. "Buruan, Sal..."

Salsha mempercepat memasukan bukunya ke dalam tas.. "Bentaar..."

Steffi masih setia melihat ke arah jam tangannya itu sambil melangkah mundur perlahan.

"Udah.." Salsha menggendong tasnya dan Steffi langsung spontan membalikan badannya.

Brak..

Steffi terlempar mundur selangkah. "Fakhri?" Desis Salsha di belakang Steffi.

Sepertinya Fakhri type org penabrak juga .-.

"Maaf.. emm.. bagaimana, Sha.. kamu baik-baik saja? Maaf tadi pagi saya tidak sengaja menabrak kamu.." Fakhri maju beberapa langkah mendekati Salsha. Steffi hanya terdiam di tempat seraya memandang ke arah keluar kelas dan melipat tangannya di dada.

"Eng.. enggak.. enggak kok... nggak kenapa-kenapa..." Jawab Salsha terlihat gugup gemetaran.

"Boleh saya.."

"Pake aku kamu aja.. keliatan kaku banget saya sayaan??" Ceplos Salsha memotong.

Fakhri hanya tersenyum. "Boleh aku anter kamu pulang??"

Salsha terbelalak kaget. "Emm.. bo.."

"Yaudah gue balik duluan!" Steffi melangkah namun di gagalkan Fakhri dengan menggenggam lengannya.

"Kamu juga..."

Steffi mengarahkan pandangannya ke arah pria itu. "Maaf.. tapi biasanya ki.."

"Boleh kok boleh!! Yuk!!" Celetuk Salsha lagi langsung menggandeng Fakhri pergi di ikuti Steffi dengan wajah anehnya.

*********

"Wow.. Mobil kamu wangi banget... bau melati ya? Aku juga suka bau ini..." Komentar Salsha di awal perjalanan mereka pulang.

Fakhri tersenyum simpul. Ia tak menjawanb sama sekali. "Rumah kamu dimana?" Tanya Fakhri melirik ke arah samping kirinya.

Salsha terkesiap lalu memandang pria itu lekat. "Ya... rumah ku nggak jauh dari sini kok... Aku tunjukin jalannya."

Fakhri hanya mengangguk pelan dan kembali fokus pada jalannya.

Steffi hanya mendengus sebal. Bagaimana bisa hanya Salsha yang mendapatkan pertanyaan seperti itu? Padahal pria itu sendiri juga tau dia mengantar dua orang anak manusia. Bukan hanya satu.

Steffi melirik wajah Fakhri dari spion tengah. Wajahnya terlihat santai dan ia merasa ada yang aneh pada pria itu.

"Sal.. Temen kamu aneh banget ngeliatin aku gitu??" Celetuk Fakhri yang langsung membuyarkan lamunan Steffi. Ia langsung merubah posisinya dan mengarahkan pandangannya ke luar.

"Si Steffi mah emang gitu... nggak usah di fikirin..." Jawab Salsha asal sambil menikmati setiap lekukan wajah Fakhri.

Ciiiitttt...

Mobil berhenti tepat di depan rumah mewah berpagar hitam. "Ini rumah kamu?"

Salsha mengangguk lalu memandang Fakhri. "Thanks ya udah anter aku ke rumah.." Ucapnya lalu turun dan masuk ke rumahnya.

Fakhri menatap gadis itu sedikit terkekeh.

Suasana menghening sejenak. Steffi sama sekali terdiam dan entah mau berbuat apa.

"Apa yang cowok itu fikirin sih? Mau sampe kapan nih mobil parkir disini?" Pikirnya dalam hati sambil memanyunkan bibirnya kesal.

"Nggak ada fikiran buat pindah ke depan biar mobilnya bisa jalan?" Sambar Fakhri sedetik setelah fikiran itu melayang.

Steffi langsung menegapkan tubuhnya dan memasang wajah bingung. "Bagaimana bisa?" Pikirnya lagi.

Fakhri melirik Steffi dengan tatapan datar. "Nggak mau pulang?" Ucapnya lalu kembali menatap ke depan.

"Ga bisa gue di belakang aja?" Jawab Steffi santai namun terdengar sedikit pelan.

Fakhri hanya mendecakan lidahnya. "Jadi sekarang aku jadi sopir?"

"Bukannya elu udah jadi sopir dari tadi ye?" Fikir gadis itu lagi.

"Jadi?" Ucap pria itu mengagetkan Steffi lagi dan lagi.

"Gue turun sini aja deh." Steffi hendak membuka pintu mobil itu.

"Oh.. jadi sekarang kamu mau buat aku jadi seorang pria yang nggak bertanggung jawab atas ucapannya???" Sanggah Fakhri cepat berbarengan dengan berhasil terbukannya pintu mobil yang Steffi buka.

"Iye iye gue pindah ke depan..." Suaranya menjadi terdengar kesal.

Fakhri membukakan pintu mobil nya dari dalam dan Steffi pun masuk dengan wajah kesalnya.

Tanpa ada satu patah kata pun, mobil kembali berjalan normal.

Steffi melirik jam tangannya karena ia fikir percakapannya bersama pria aneh ini memakan banyak waktu.

"Udah hampir sore.." Ujar Fakhri datar.

Steffi melirik ke arah pria itu "Ya! Dan gue belom sampe di rumah.."

Fakhri membalasnya dengan terkekeh pelan.

Steffi yang tambah kesal akan jawaban itu pun hanya kembali memandang ke arah luar jendela.

Beberapa menit berlalu, kali ini ia membenarkan posisi duduknya kembali tegap karena menyadari mobil pria itu yang meminggir.

"Loh? Ini bukan rumah gue?" Protes Steffi memandang Fakhri nyolot.

Fakhri hanya terdiam menghadap kedepan. Padahal jelas-jelas mobil sudah berhenti.

"Heh cowok aneh! Lo mau nyulik gue?? Jangan-jangan lo psikopat ya? Lo lagi cari org buat di bunuhh?!" Teriak Steffi ngawur tapi semakin nyolot.

Steffi langsung meraih pintu mobil dan langsung mencoba membukannya. "Hey! Kok di kunci sih! Ah siaaall..." Celoteh Steffi sambil terus memberontak berusaha membuka pintu mobilnya.

"Lupa?"

"Whaat!" Respon spontan Steffi langsung memandang Fakhri bingung.

"Lupa??" Kali ini arah matanya di sorotkan penuh ke arah gadis itu.

Mata Steffi sedikit melotot merasakan aura aneh sejak pria itu menatapnya.

"L.. lu.. lupa kenapa??" Jawab gadis itu tergagap.

Fakhri masih memandang gadis itu masih dengan wajah datarnya.

"Serius nggak inget?" Fakhri mengalunkan kata-katanya dengan nada yang menyeramkan.

Steffi masih berani memandang pria itu lekat.

"W.. wait.."

Steffi kembali memelototkan wajahnya dan menyadari apa yang di maksud dari pria itu.

"Iqbaal..." desis gadis itu kaget.

"Nggak kangen??" Fakhri yang ternyata Iqbaal itu mengulurkan kedua tangannya siap untuk menjadi pelukn Steffi.

"B.. baal?" Steffi benar benar tidak menyangka bisa menemui pria itu lagi. Tubuhnya perlahan condong ke depan untuk memeluk pria itu.

Iqbaal menyentuhkan tangannya di lengan gadis itu.

"Se.. sebentar.." Gadis itu terdiam dengan posisinya yang hampir memeluk Iqbaal.

"Lo.. lo bukan Iqbaal!!" Steffi kembali mundur dan menyender ke pintu mobil.

"Iqbaal... u.. udah.."

"Meninggal?"

Iqbaal menatap gadis itu dengan tatapan biasa. Namun itu makin membuat Steffi bergetar ketakutan.

"Kenapa, Steff? Kamu nggak mau meluk aku? Nggak kangen sama aku? Nggak nyangka ya ternyata kamu udah tumbuh jadi gadis yang cantik..." Celoteh pria itu dengan nada mengalun menyeramkan.

Steffi menggeleng-gelengkan kepalanya. Iqbaal tersenyum tipis dan sedikit mendekat ke arah Steffi.

"Kamu inget nggak? Dulu.. kita main bareng... bahagia bareng.. dan pengen selalu bareng... dan sekarang kita udah bareng lagi loh?"

"M.. mau lo.. a.. apa?!" Ucap gadis itu berusaha berani.

Iqbaal tersenyum dengan seramnya. "Mau apa??"

Iqbaal memandang Steffi lekat. "Ngajak kamu ikut sama aku..."

Deg...

Komentar

Posting Komentar

Hai! Jika ada yang ingin disampaikan, komentar di sini, ya!

Postingan populer dari blog ini

Teks Eksplanasi Singkat - "Hemat Listrik"

Menuliskan Gagasan Pokok Teks Visual dan Teks Petunjuk